Wahana Visi Indonesia Libatkan Perwakilan Forum Anak Menyimak Hasil Kaji Cepat
Jakarta,- Wahana Visi Indonesia (WVI) mengajak perwakilan forum anak di Jakarta, Surabaya, Nias Selatan dan Bengkulu Selatan menyimak pemaparan hasil Kajian Cepat dan Survei Suara Anak Masa Pandemi Covid-19. Forum anak mewakili anak-anak yang sebelumnya diwawancarai dalam survei dilibatkan untuk memberi masukan untuk program terkait anak ke depan, Selasa (05/08/2020).
Sesuai pers rilis yang diterima Wartanias.com, Rabu (06/08/2020), sebelumnya, pada Mei 2020, WVI telah melakukan kajian cepat kebutuhan masyarakat termasuk anak-anak dalam masa Pandemi Covid-19 di wilayah dampingan yang meliputi 29 Area Program kepada 900 rumah tangga, 943 anak remaja. Survei yang dilakukan merupakan bagian dari monitoring program/kegiatan dan hasilnya menjadi masukan bagi organisasi untuk memikirkan pendekatan yang tepat dalam pemenuhan hak anak selama Pandemi Covid-19.
Dalam kaji cepat, didapat fakta bahwa anak-anak menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran jarak jauh karena keterbatasan gawai, jaringan internet dan kuota, juga kurikulum yang tidak sesuai.
Anak-anak juga rentan terhadap kekerasan fisik atau verbal, juga kekerasan yang terjadi dalam jaringan (daring) seperti perundungan dan pornografi. Dampak lain, anak juga rentan dieksploitasi, dan terjadi perkawinan anak dalam masa pandemi.
WVI di Zonal Jawa Sumatra (yang meliputi beberapa kecamatan di Nias Selatan, Bengkulu Selatan, Simokerto, Jakarta Timur dan Jakarta Utara), Rabu (5/8), menyampaikan hasil survei pada forum anak guna mendapat masukan dari forum anak terkait program yang akan dilakukan oleh WVI selama masa pandemi Covid-19.
Johny Noya, General Manajer WVI Zonal Jawa dan Sumatera, dalam pers rilis menyampaikan, sebagai organisasi yang menjadikan anak sebagai fokus dalam pelayanan maka kajian cepat yang dilakukan ini, semakin mempertegas kepedulian WVI terhadap setiap upaya pemenuhan hak anak terutama dalam kondisi pandemi Covid-19 yang kita hadapi ini.
“Berharap bahwa dengan dibagikannya hasil kajian cepat yang dilakukan ini, maka WVI dan stake holder lainnya bisa mendapatkan umpan balik yang tepat terutama dari anak, sehingga dapat menjadi masukan berharga dalam penyusunan program maupun implementasinya ke depan,” kata Johny.
Aktuari (17), Ketua Forum Anak Nias Selatan, mewakili suara anak, mengungkapkan bahwa Kekerasan emosional kepada anak juga terjadi selama masa belajar dari rumah, karena penggunaan metode daring yang kurang dipahami oleh orang tua.
hasil kajian cepat Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Dinas P2KBP3A
Kabupaten Nias Selatan, Adserlina Hulu, menunjukkan bahwa perlindungan terhadap anak belum menjadi skala prioritas. Oleh karena itu sangat diperlukan perhatian, dukungan dan komitmen dari semua pihak, sehingga target Nias Selatan menjadi Kabupaten Layak Anak dapat terwujud.
Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, Tuty Kusumawati, mengatakan Seperti pepatah dari Afrika: It takes a village to raise a child. Artinya butuh satu desa/komunitas untuk membesarkan seorang anak.
"Banyak pihak yang perlu terlibat dalam memastikan hak anak terpenuhi selama masa pandemi ini. Anak-anak, keluarga, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan lembaga lainnya, seperti Wahana Visi Indonesia, perlu berkolaborasi untuk bisa mewujudkan anak tumbuh dalam lingkungan yang aman dan nyaman, "ujarnya.
Untuk diketahui, Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah yayasan sosial kemanusiaan Kristen yang bekerja untuk kesejahteraan anak. WVI selalu berupaya membuat perubahan berkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, dan mendedikasikan diri untuk bekerjasama dengan masyarakat paling rentan tanpa membedakan agama, ras, etnis dan gender.
Sejak tahun 1998, Yayasan Wahana Visi Indonesia telah menjalankan program pengembangan masyarakat yang berfokus pada anak. Ratusan ribu anak di Indonesia telah merasakan manfaat program pendampingan WVI. (red)