PLN Diduga Masih Nunggak Utang, APR Berencana Menutup Pembangkit Listriknya Akhir Bulan Mei Ini
Gunungsitoli,- APR Energy, pemimpin global dalam solusi tenaga listrik jalur cepat, telah mengumumkan bahwa Perusahaan tersebut akan menutup pembangkit tenaga listriknya yang berkekuatan total 20MW di Pulau Nias, pada akhir Mei ini. Pulau Nias pun diperkirakan akan gelap gulita lagi dan kembali mengalami krisis listrik.
APR Energy memilih untuk tidak memperpanjang kontraknya karena terus menerus tidak dibayar oleh perusahaan utilitas listrik nasional PLN dan karena masalah kontrak lainnya.
Hal tersebut dikatakan oleh pihak APR Energy melalui surat email yang diterima redaksi wartanias.com, Selasa (17/05/2016).
“Kami menyesali, rakyat Nias dihadapkan pada situasi ini untuk kedua kalinya tahun ini karena kegagalan PLN untuk menghormati kewajibannya berdasarkan kontrak dengan Perusahaan kami,” kata Ketua dan Chief Executive Officer APR Energy, John Campion.
Menurut perusahaan penyedia pembangkit listrik tenaga diesel itu Sejak tahun 2013 pihakna telah memasok sebagian besar listrik untuk Nias dan mempekerjakan penduduk lokal di pembangkit tersebut. APR mengharapkan kepada PLN untuk membayar penuh layanan listrik yang dihasilkan selang waktu itu.
Pada tanggal 31 Maret, APR Energy menghentikan operasinya dan memindahkan para personelnya dari Nias ketika kontrak sebelumnya berakhir. Pada saat itu, PLN berutang kepada APR Energy sekitar $2,04 juta setara denga Rp27,5 miliar.
Kemudian Listrik nyala kembali pada tanggal 12 April 2016 kemarin ketika PLN membayar sebagian dari jumlah yang terutang. Sebagai bagian dari kesepakatan, PLN diwajibkan membayar jumlah sisanya pada tanggal 27 Mei 2016 setelah adanya sebuah tinjauan independen.
"Karena penolakan PLN untuk menghormati kontraknya dengan kami, kami tidak dapat lagi meneruskan beroperasi di Nias setelah pada akhir Mei ini,”kata Campion.
Namun, Pihak APR mengaku sangat bersimpati pada rakyat Nias yang akan terkena dampak keputusan itu untuk pergi dari Nias. Untuk solusinya, APR telah menawarkan untuk menjual pembangkit listrik itu beserta peralatan terkaitnya kepada PLN untuk memastikan bahwa Nias memiliki listrik yang dibutuhkan.
"Sampai hari ini, PLN belum menanggapi tawaran APR Energy. Terlebih dari itu, PLN masih berutang kepada APR Energy sebesar $950.000 atau setara dengan Rp10,5 miliar dari operasi sebelumnya, dan belum membayar apa pun untuk listrik yang kami hasilkan sejak memulai kembali operasi di pembangkit Nias bulan April yang lalu,"jelas Campion.
Sementara itu, sejak berita ini ditayangkan, wartanias.com belum berhasil meminta tanggapan pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Nias. (Red)