12 Aktivis GMNI diamankan Polres Nias
Pengamanan Diduga Bungkam Mahasiswa
Salah seorang peserta aksi saat diamankan | Foto: Onlihu Ndraha |
Gunungsitoli - Sejumlah Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Gunungsitoli-Nias diamankan Kepolisian Resort (Polres) Nias saat melaksanakan unjuk rasa di Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Gunungsitoli terkait dugaan korupsi pengadaan Alat Kesehatan (Alkes) Dan dana hibah Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Kota Gunungsitoli, Rabu (29/1/2014).
Sebelum pengamanan, mahasiswa dalam orasinya mengatakan bahwa berdasarkan pemantauan di beberapa puskesmas dan puskesdes yang telah menerima alkes tahun anggaran 2012 dengan nilai anggaran sebesar Rp 10 millar diduga mark up.
Pasalnya, Dana alkes yang bersumber dari APBN P 2012 yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Gunungsitoli terindikasi menyebabkan kerugian Negara akibat terjadinya pengelembungan harga. Sementara itu pada dana hibah Pilkada Kota Gunungsitoli sebesar Rp. 4 Milliar bersumber dari APBD 2010 Propinsi Sumatera Utara dan juga APBD Kabupaten Nias Sebesar Rp. 2,5 Milliar belum ditangani serius oleh Kejari Kota Gunungsitoli, sebab setelah sekian lama pemanggilan para saksi belum ada penetapan tersangka.
Ditengah-tengah orasi mahasiswa tersebut tanpa alasan mendasar Polres Nias yang memberikan pengawalan tiba-tiba menangkapi peserta. Hingga 12 mahasiswa diamankan untuk dimintai keterangan di kantor Polres Nias.
Pimpinan Aksi, Satibudiman Gea menjelaskan bahwa saat penangkapan peserta aksi hanya melakukan orasi dan juga berdiri didepan pintu pagar Kejari yang mana dijaga oleh anggota Polres Nias.
Pimpinan Aksi, Satibudiman Gea menjelaskan bahwa saat penangkapan peserta aksi hanya melakukan orasi dan juga berdiri didepan pintu pagar Kejari yang mana dijaga oleh anggota Polres Nias.
“Entah karena apa saat itu salah seorang anggota polisi langsung menangkap seorang rekan dan polisi yang lain juga ikut menangkapi yang lainnya,” ungkap Budi.
Budi juga menyesalkan tindakan arogansi yang dilakukan oleh Polres dalam mengamankan para peserta aksi. Pasalnya beberapa peserta aksi sempat dipukuli oleh oknum anggota Polres Nias.
“Kita memiliki rekaman yang menunjukkan ada beberapa rekan yang dipukuli, padahal teman tersebut tidak melakukan perlawanan. Polisi yang seharunya memberikan perlindungan dan kenyamanan justru memberikan rasa sakit,” sesalnya.
Budi Juga menduga pengamanan tanpa dasar yang dilakukan oleh Polres Nias diduga sebagai upaya pembungkaman mahasiswa atas isu korupsi yang disampaikan. Pasalnya unjuk rasa mengenai Alkes dan Dana Hibah tersebut telah beberapa kali dilakukan GMNI.
“Kita Menduga Polres Nias dan Kejari Gunungsitoli tidak senang dengan pemberantasan korupsi sehingga terkesan menghalang-halangi dan juga mempeti eskan kasus-kasus dugaan korupsi,” terangnya.
Padahal menurut Budi dengan cara apapun usaha untuk membungkam Mahasiswa, tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan usaha GMNI dalam penegakan hukum terkhusus korupsi.
“Apapun caranya Mahasiswa akan terus berteriak dengan lantang, tidak akan pernah berhenti dengan cara apapun,”ujarnya mengakhiri. (Andi)